Senin, 11 Oktober 2021

Paradoks ku


Jalanan yang dilalui masih tetap sama tak berubah arahnya, terlihat besar dan tinggi pohon di seberang rumah sana. Di sebelum pertigaan yang masih tetap sama tepat kuparkir motor didepan rumah untuk pulang yang masih tak berubah bentuknya. 

Pintu bermotif kotak dari les kayu yang dibuka dengan perlahan agar tak bersuara lalu tercium aroma khas yang samar membuat rekaman kecil bangkit di ingatan. 

Bejalan dengan pelan menyusuri ruangan tanpa sekat dingin alas lantai dengan corak kotak berwana coklat dan kuning, terlihat bejejer pernak pernik hiasan yang tak berpindah letaknya, seakan-akan memberi tanda bahwa tak bernyawa. 

Melewati kamar kamar yang tertutup, ku hanya menunduk menuju sisi petak disudut ruang belakang untuk meluapkan dan memendam. 

Aku tak merasa, tak ingin tau apa apa!

Aku tau, dan ingin ini itu. 

Seperti biasa, ketika saat semua sudah terlelap dan hening yang ada hanya dengung kulkas tetesan air dari kamar mandi aku membuka tiap-tiap lembaran memori tentang perjalanan yang tak terasa. 

Sudah berapa lama ku lalui ini? Tak ada yang berubah membuat ku terlena hingga sadar akan waktu yang terus bergerak maju tanpa ada jeda sedikit pun. 

Sehingga ada titik besar, sebesar lubang yang membekas di hati yaitu dimana dia pulang, hilang dari sisi dan merubah kebiasaan. 

Merubah segalanya! 

Menyadarkan diri dari ilusi paradoks yang membuat waktu seakan berputar disatu masa. 

Sial! Dalam hati ku menyesali

Kemasa saja selama ini? Terbiasa nyaman di waktu yang menipu, tak memberi sinyal akan sisa batas waktu. 

Aku menyalahkan diriku, tak menyalahkan kehendak tuhan ku! 

Darimana harus ku mulai lagi untuk menyambung waktu agar bergerak maju menuju akhir? 

Harus kah perubahan - perubahan besar yang membuat langkah ini tergerak walau semili? 

Bantu aku bergerak maju! Ingin ku, kita menjadi "waktu" itu sendiri agar bisa saling memulai dan mengakhiri. 


Senin, 13 September 2021

Konflik internal

 

Kamu itu tak pantas untuk siapa pun! Kata sang hati kepada ku. 

Kamu itu hanya mau mencintai tanpa dicintai! Kata ku kepada hati. 

Kamu itu belum punya apa-apa! Kata hati kepada ku. 

Kamu itu tarlalu cepat menyerah! Sahut ku kepada hati. 

Kamu itu yang belum siap mental! Kata hati kepada ku. 

Kamu yang tak mau terima ketika gagal! Kata ku kepada hati. 

Kamu yang selalu menunda-nunda! Kata hati kepada ku. 

Kamu yang terlalu lemah! Kata ku kepada hati. 

Kamu yang sudah terlalu tua! Kata hati kepada ku. 

Kamu yang membuat ku lalai! Kata ku kepada hati. 

Kamu yang terlalu asik dengan keramaian! Kata hati kepada ku. 

Tapi kamu juga menikmati kan? Tanya ku kepada hati. 

Dan kamu juga yang merasakan akibatnya? Ucap hati terhadap ku. 

Hmmmm.. Aku berguman

Si hati hanya diam membisu. 

Jadi apa mau mu sekarang? Serempak mereka berdua bertanya. 

Yang menjawab?... 

Minggu, 15 Agustus 2021

Dari Awal Hingga

Jembatan Pulau Bromo
Banjarmasin, Kalsel

Dari awal hingga bertemu, masih sama!masih sesederhana itu, masih sepenggal sepenggal kenyataan yang tersurat. Dari awal pertemuan pertama hingga ingin bertemu kembali,masih sama! Masih tak banyak kenyataan yang tersirat, masih meraba raba antara birunya langit dan birunya laut. Dari awal janji yang terucap hingga niat yang tersampaikan, masih sama! Masih sesekali menunaikan kewajiban untuk sekedar mengisi pertanyaan, masih sama saja ku harap hak atas beberapa pembahasan yang sebenarnya tak ingin di lewatkan. Dari awal rangkaian rangkaian kalimat yang terus sahut menyahut lalu dengan tambahan perihal baru yang harapku tak memutus percakapan ini, masih sama! Masih terbersit cemas jika dilewati, masih tak berdaya jika cukup sampai disitu.
Dari awal hingga sekarang masih sama tak ada yang dapat ku rubah, masih dengan ketidak tauan ku.
Dari awal hingga sekarang masih sama, masih tak ingin ku rusak harap ku dengan ego untuk kepastian dan memastikan. 
Dari awal hingga sekarang dan hingga nanti akankah masih sama atau tidak? 

Harapku hanya senjamu! 

 

Rabu, 12 Mei 2021

Tomada

5 jan 2021

Aku masih di sini diambang kegundahan, diantara semangat menjalani hidup dan bermuram menghadapi kehilangan.

Aku bingung!! 

Menyiksa kah keadaan ini? Atau ini kah keadaan yang benar, sebenar-benarnya akan terjadi ketika tiba waktunya?

Aku ingin waktu berhenti lalu kembali kemasa itu, masa di mana ia masih sehat masih bisa melakukan apa saja yang ia inginkan, 
Aku ingin tetap disana!

Namun!!

Aku lupa, jika waktu terus melangkah maju mengikis usia! 

Bedosakah aku jika mengingkari keadaan?
Salahkah aku jika harus menyesali semua waktu yang sudah di berikan untuk ku berbakti?

Aku sempat marah melihat kenyataan yang hanya dapat kurasakan sendiri, kenapa semua orang masih terlihat santai damai menjalani semua, aku marah! 

Aku sadar, setelah berlalu air kesedihan turun menggenangi semua, memberi rasa tidak nyaman! tidak damai! menghanyutkan! meluluhlantakkan! 

Aku lupa, aku egois ketika berharap semua merasakan kesedihan ku. 

Namun kusadari semua punya waktunya sendiri.

Aku ikhlas.

Aku hanya ingin ia tau, jikalau Yang maha kuasa lebih menyayangi iya dan semua melebihi kasih sayang ku.

Robbi firli waliwalidaiyya
Warhamhumma kama rabbayyani saghira.